Monday, April 27, 2015

Gunung Pangrango " Mandalawangi mengobati keletihanku "




Sabtu 19 april 2015 pukul 07.00 wib.
Setelah berunding dengan teman-teman ( saya, bobby, ary, fajar, rendy, sidik dan danur ) bersepakat untuk melanjutkan pendakian ke puncak pangrango. Kami harus mendaki 2 sampai 3 jam lagi menuju puncak, tentunya dengan trek yang lebih menantang. Pepohonan yang menjulang tinggi bertanda puncak masih sangatlah jauh, kakipun mulai kami ayuh. jalan setapak yang sangat terjal dengan di halangi pepohonan yang tumbang menjadi cobaan dalam menyusuri pangrango, Kami harus menunduk atau bahkan merangkak melewati pepohonan tersebut, terkadang kaki terasa berat melangkah. Tetapi inilah  pendakian, walau lelah semangat tetap berkobar. 




perjalanan pertama menggapai puncak 3019 mdpl memang terasa berat bagi teman-temanku, mereka baru kali ini melewati trek seperti ini, tentunya sangatlah melelahkan. Disinilah indahnya pendakian, kebersamaan sangatla penting, rasa saling menjaga satu dengan yang lainya sangatlah tinggi. Agar kami bersama-sama menggapai puncak, walau sebenarnya puncak bukanlah tujuan utama kami. Satu teman ku begitu sangat kelelahan, langkahnya sudah mulai gontai, terlihat dia sangat memaksakan, raut mukanya begitu kelelahan, fajar...mungkin dia terlalu lelah karena sudah tersesat saat terpisah di gunung gede tadi , saya memilih jalan dibelakang nya, saya selalu bilang jangan terlalu di paksakan melanjutkan pendakian dan meminta dia selalu beristirahat lama sambila memulihkan tenaga. Tetapi dia tetap bersemangat, lebatnya rimba pun ia tetap tembus dengan kakinya yang kokoh itu. 


Jarum jam menunjukan pukul 09.00 hampir 2 jam kami menuju puncak pangrango, pepohonan yang tinggi menjulang sudah tergantikan dengan pohon-pohon yang sedikit memendek, birunya langit seolah menjadi penghibur perjalanan ini, puncak gede sudah nampak kokoh di pandang dari sini, indah dan menjadi penghibur kami, Kepulan asap kawah seolah menari-nari menyemangati setiap langkah teman-teman kami, 


Fajar mulai gontai, kami sedikit tertinggal di banding teman yang lainya. saya lebih memilih menemani dia, langkah berat sangat terasa, kami beristirahat dan merebahkan diri di antar intaian surya dari pepohonan pangrango.  fajar yang berkali-kali kram di kakinya harus berjuang dalam keletihanya.

Saya dan fajar tertinggal jauh di banding teman yang lainya, haus lapar menjadi satu, minum yang kami bawa sudah habis, beruntung ada beberapa pendaki yang turun dari pangrango memberikan minum buat kami. untuk menyemangati fajar kadang skala saya harus berteriak, tetapi kondisi tubuh tak dapat di piungkiri, lelah sangat terasa. langkah-langkah gontai tetap berjalan, tepat pukul 09.55 sampai juga kami di puncak pangrango. namun sangat di sayangkan indahnya gunung gede tak dapat kami nikmati dari puncak ini, kabut tebal menutupi keperkasaan gunung Gede yang katanya indah luar biasa ini. lama kami beristirahat di puncak pangrango, di sini banyak pendaki yang mengambil pose untuk mengabadikan keberadaanya. 




Setelah tenaga kami pulih, kami melanjutkan perjalanan ke arah mandalawangi, menuju ke sana jalan setapak yang sedikit menurun tak menguras tenaga kami, sayup-sayup terdengar keramaian dari ujung yang kami tuju, tidak ada 10 menit kamipun sampai di mandalawangi, pemandangan yang indah di suguhkan di sini, saya pun memandang luas setiap sudut mandalawangi, hamparan edelwis menjadi candu dan memompa semangat kami. masuk leboh dalam ke arah mandalawangi terdapat beberapa mpendaki yang mendirikan tenda di sini. ada aliran sungai kecil di sini yang menambah ke elokan mandalawangi,  kami memanfaatkany untuk mengambilnya dan meminumnya mengobati rasa dahaga ini. bunga - bunga edelwis yang bermekaran bersanding  dengan pepohonan dengan daun berwarna ke merahan menjadikan mandalawangi sangat cantik, kabut yang tiba-tiba muncul menyelimuti mandalawangi kemudian menghilang di gantikan dengan perbukitan yang berjejer indah menjadi pertunjukan yang luar biasa. mandalawangi memang tak ada duanya.  









mandalawangi telah menbus keletihan kami, rasa letih yang menghinggapi kami seketika hilang saat menapaki bumi nan indah ini, kami berbaring di tengah hamparan bunga edelwis. ini  menjadi kenikmatan tersendiri buat kami.





Banyak hal yang bisa kami petik dari sebuah perjalanan ini, kebersamaan, saling mengerti kelemahan teman, solidaritas tinggi, saling berbagi, menghormati antar sesama pendaki, sangat di junjung dalam menggapai indahnya alam sang pencipta ini. semoga ini menjadi pelajaran buat kami si pendaki pemula.

Saturday, April 25, 2015

Gunung Pangrango " Cidera, Kram dan teman yang menghilang jadi Bumbu menuju pangrango "


ini adalah pendakian ku yang ke dua setelah Pendakian ke papandayan di bulan lalu. Saya bersama ke 5 teman ( Bobby, Fajar, Danur, Rendi dan Sidik ) akan melakukan Pendakian ke gunung Pangrango 18-19 april 2015. kami merupakan pendaki pemula kecuali Bobby yang sudah sering melakukan pendakian. Gunung Pangrango menjadi tujuanku kali ini karena merupakan gunung yang dekat dengan tempat saya tinggal di daerah tangerang.

Gunung Pangrango merupakan  gunung tertinggi ke dua di Jawa Barat setelah Gunung Ciremai, dengan ketinggian 3019 mdpl Gunung Pangrango masuk dalam Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. TNGGP adalah kawasan hutan lindung yang mempunyai peranan penting dalam sejarah konservasi Di indonesia. Yang juga merupakan zona inti biosfer cibodas. Dalam perjalanan kali ini kami bergabung dengan pucuk adventur Pamulang, merekalah yang mengurus simaksi kami.


Setelah menunggu hampir 2 jam di basecamp pucuk adventur Pamulang, tepat pukul 23.30 WIB, lengkap 21 pendaki berkumpul. rencana kami melakukan pendakian melalui jalur cibodas, jalir ini kami pilih karena jalur yang paling mudah mencapai puncak pangrango. menuju Cibodas kami menggunakan 11 kendaraan roda dua. setelah merapihkan perlengkapan dan peralatan yang akan kami bawa, kamipun berkemas dan berdoa sebelum melakukan perjalanan. leader dari pucuk adventur berpesan selama di perjalanan untuk tidak saling mendahului dan tidak usah kencang-kencang. tepat jam 00.10 kamipun beriringan menuju cibodas.



Perjalanan menuju cibodas malam hari cukup menyenangkan, kami sempat berhenti beberapa kali untuk sekedar melemaskan otot dan mengisi angin ban yang sedikit kempes. sampai di daerah puncak dingin mulai menusuk tulang,motorpun tetap melaju dan sampilah kami di daerah pertigaan cibodas, kami sempat mampir di indomart untuk melengkapi bekal kami. 



Setelah bekal di rasa cukup kamipun melanjutkan perjalanan menuju kaki pangrango di daerah cibodas. 10 menit dari pertigaan kami sampai di daerah yang lapang dan banyak berjejer warung yang menawarkan tempat parkir dan makanan. kamipun mencari tempat untuk beritirahat, tepat jam 03.00 kami sampai di sini. kami memilih sebuah warung untuk sekedar minum kopi dan teh atau makan mie, dan kami pun memutuskan untuk istirahat sebelum melanjutkan pendakian besok pagi. 2 jam sayapun terlelap. jam 06.00 saya terbangun, setelah sholat dan sarapan pagi kami bersiap melakukan pendakian. 




Jam 09.00 kamipun memulai perjalanan, menyusuri jalan yang masih beraspal,di kanan kiri terdapat warung-warung yang menawarkan berbagai macam baik makanan maupun pernak pernik khas cibodas, 20 menit berjalan kami sampai di kantor taman Nasional Gede Pangrango. dari kantor ini kami mengikuti jalan setapak dan sampailah kami di post pertama, post ini merupakan post pemeriksaan pertama. di sini kami di wajibkan untuk melaporkan simaksi dan pemeriksaan barang, teman kami yang memakai sendal di wajibkan untuk mengganti dengan sepatu. selain itu di lakukan pula pengecekan personil pendaki dengan yang tertera pada simaksi yang sudah di lakukan. setelah pengecekan di lakukan kamipun di ijinkan untuk melakukan perjalanan kembali.

Kami mulai memasuki hutan dengan menyusuri jalan setapak yang terbuat dari batu yang tersusun rapi, dengan kanan kiri di selimuti hutan yang sangat lebat, pohon-pohon yang menjulang tinggi seolah menjadi penlindung kami dari teriknya matahari, hawa sejuk mulai terasa. trek yang kami lalui bisa di bilang  landai dan cukup menyenangkan,

Hampir satu jam berjalan tepat pukul 10.10 WIB kami di suguhkan pemandangan yang cukup menghibur dan mengurangi kelelahan kami, kami melintasi sebuhah danauatau sebuah telaga. Telaga ini di sebut dengan Telaga Biru, Biru berlendir atau biru magis, kadangkala telaga ini tampak berlendir hijau kecoklatan pada saat lain biru jernih yang magis. tergantung pada pertumbuhan alga.


setelah puas dengan pemandangan di telaga biru, perjalanan kami lanjutkan, 10 menit berselang kami melewati sebuah jembatan yang cukup panjang, pemandangan di sini tak kalah indahnya, Jembatan ini melewati sebuah rawa yang di kenal dengan Rawa Gayonggong. rawa ini merupakan cekungan yang terbentuk dari kawah mati kemudian menampung air dari tempat yang lebih tinggi erosi tanah telah menyebabkan sedimentasi lumpur untuk media tumbuh berbagai jenis rumput-rumputan terutama terutama rumput gayonggong. rawa ini merupakan daerah jelajah macan tutul serta tempat hidup  berbagai jenis burung khas rawa pegunungan. setelah istirahat dan menikmati pemandangan di jembatan ini kami pun melanjutkan perjalanan.


 perjalanan kami di lanjutkan dengan meniti jalan setapak kembali, dengan bebatuan yang masih sangat rapi, 20 menit kemudian kami sampai di sebuah pertigaan pos panyancangan . di mana jalur yang ke kanan adalah jalur ke arah curug ci berem dan lurus merupakan jalur ke arah gede pangrangon, kami pun istirahat di pos ini, di pos ini cukup ramai dengan pendaki wanita yang menggunakan kebaya, mereka ikut dalam acara opsih 1000 kartini.

 

 
Beranjak dari pertigaan ini kami mulai masuk ke dalam hutan yang cukup lebat, pepohonan yang menjulang tinggi bagai mengapit jalan setapak ini, jalur yang terus menanjak mulai kami rasakan, sebagai pendaki pemula kami merasakan medan yang sangat berat, langkah kami mulai kami atur, nafas mulai tersengal terkadang kami berdiri dan terdiam untuk memperlancar dan mengatur detak jantung kami, 1 jam kemudian kami memasuki pos shelter rawa denok 2, di sini kami istirahat dan meluruskan kaki, sambil menunggu teman kami yang masih tertinggal di belakang.




Kami melanjutkan perjalanan pos demi pos kami lewati, post selter batu kukus satu berjarak sekitar 15 menit dari post sebelumnyapun kami lewati, medan yang kami lewati semakin berat, bebatuan yang semakin menanjak kami tapaki. terkadang saya harus dengan sabar menunggu teman teman saya untuk berjalan bersama-sama. kami melewati shelter batu kukus dua, di sini juga banyak di temui pendaki dari acara opsih 1000 kartini, yang sedang beristirahat.



Perjalananpun kami lanjutkan,bebatuan dan pepohonan yang menghalangi jalanpun mulai kami temukan, medan semakin menanjak, matahari yang mengintai dari balik pepohonan yang menjulang masih setia menemani perjalanan ini, 1 jam berselang kami memasuki jalanan setapak yang sangat sempit, di sini kami harus berhati-hati dan terpaksa antri karena sebelah kanan kami jurang, kami memasuki air panas. disini saya dapat merasakan panasnya air dari uap yang menghadang  kami, seperti mandi sauna. di sebelah kanan kami di beri pemandangan yang cukup menarik , ada air terjun kecil di sini.

 
 

melewati air panas kami melangkah kembali, medan sudah terasa berat, jam menunjukan pukul 13.40, saya pun berinisiatif untuk melakukan sholat terlebih dahulu, bersama pendaki lain sayapun bersujud di tengah hutan yang penuh tantangan ini. setelah melakukan sholat di tanah yang cukup lapang ini saya pun melanjutkan perjalanan, sementara teman-teman lebih dulujalan di depan. 10 menit kemudian sampailah saya di kandang batu, di sini sudah ada bebeerapa tenda yang berdiri. semangat masih ada di dalam raga ini, saya pun melanjutkan perjalanan.



Melewati kandang batu saya melewati aliran sungai yang sangat jernih, air di sini bisa langsung di minum, 10 menit kemudian pemandangan yang cukup indahpun memanjakan kami, sebuah air terjun yang cukup deras mengalir di sebelah kanan jalan setapak ini. cukup menjadi penghibur lelahnya ragaini, air terjun ini seolah menambah tenaga untuk melanjutkan pendakian


kami pun melanjutkan perjalanan, jalan yang makin menanjak, medan yang semakin berat cukup menguras tenaga kami, langka gontai dapat saya lihat pada teman - teman saya, beberapa langkah maju kemudian berhenti beberapa detik, untuk memulihkan tenaga kami. kamipun duduk di antara bebatuan di samping jalan setapak ini. sambil mengatur tenaga yang tersengal kami menenggak beberapa air untuk menyegarkan kerongkongan kami. lama kami duduk di sini, jam menunjukan pukul 15.00, kami hanya ber 4, sementara tiga orang teman kami sudah mendahului dan sisanya tertinggal di belakang. tak lama kemudian teman kami sidik datang dan mengabarkan kami di minta balik ke kandang batu dan tidak meneruskan perjalanan. ini di sebabkan karena beberapa teman kami mengalami cidera. kamipun bertambah lemas. seolah tenaga kami makin habis kami melangkah menuju kandang batu.sampai di kandang batu kami mendirikan tenda. dan bermalam di sini serta melanjutkan perjalanan ke pangrango besok pagi.


Setelah mengisi perut yang sedari pagi kosong sayapun memejamkan mata dan terlelap, tenda kami berisi 6 orang dingin tak kami rasakan saya terbawa ke alam mimpi, hingga tepat pukul 02.00 saya terbangun, saya keluar dari tenda, banyak pendaki yang berencana melakukan perjalanan ke gunung gede pada saat itu. saya meminta rendi untuk mengantarkan saya untuk mengambil wudu di kali ke arah kandang badak, jaraknya hanya 100 meter saja, setelah mengambil wudu sayapun melakukan sholat malam. tepat jam 04.00 kami nberkumpul dan akan melanjutkan perjalanan ke pangrango, hanya ada 10 orang saja yang melanjutkan perjalanan, yang lain menunggu teman kami yang cidera dan masih menahan dinginya malam. saya, Sidik, Boby, Rendi,Danur, Ari dan 3 temanya ikut bersama kami. kamipun mulaiperjalanan malam menuju pangrango, dengan penerangan secukupnya langkah mulai kami ayun. lapang pandang yang terbatas membuat kami merasa bersemangat, dinginpun tak kami hiraukan medan yang terjal, bebatuan dan menanjak menjadi sarapan di pagi buta ini. jalanan yang berat membuat satu teman kami merasa tidak kuat, ngantuk katanya, cape terlihat dari raut mukanya, sayapun menanyakan masih kuatkah??, kemudian dia memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan, Diapun di temani oleh temanya kembali ke kandang batu. 1 jam berjalan kami sampai di kandang badak . kami pun beristirahat di dekat penujuk arah.

 

 

Hampir 10 menit kami duduk di pertigaan tersebut, kami bingung karena arah ke  pangrango tidak ada jalan. kamipun menanyakan ke pendaki lain, rupanya jalan menuju pangrangoi di jadikan oleh pendaki lain untuk mendirikan beberapa tenda, ya Allah jalan tertutup tenda pendaki. saya sempat memaki pendaki yang mendirikan tenda di jalan walau ini kulakukan dalam hati. perjalananpun kami lanjutkan dengan mengambil arah ke kanan, kami melewati 3 tenda yang berdiri tepat di jalan menuju pangrango, tidak berpenghuni, mungkin mereka sudah melakukan pendakian ke arah pangrango atau gede.


Jalan menuju ke pangrango semakin terjal, pepohonan besar menajadi penghalang buat kami,jalanan yang menanjak dengan tingkat kemiringan yang semakin menggila kami jumpai, jalanan yang mulai terang membuat kami dapat leluasa melihat di sekitar kita, tanpa sadar saya berteriakk... Fajarrrrr.... saya dengar ada yang menyaut.. iyaaa...... fajar..... hening tidak ada yang menyaut... saya ulang lagi... fajarrrrrr... diam dan hening tak ada suara, kemudian saya teriak anggota lengkap delapan..?? dan berhitung...  cuma ada tujuh orang, kamipun kebingungan dan bertanya fajar ,mana fajar.. saya menanyakan paling depan siapa?? bobby menjawab saya.... sedangkan paling belakang saya, fajar kemana fajar..?? saya mulai cemas.. kami pun berteriak teriak memanggil manggil nama fajar seperti orang kesetanan. tidak ada jawaban dan suara yang menyaut, saya berinisiatif 3 orang , danur, rendi, dan boby tetap di sini, sedangkan saya, sidik dan ari serta temanya ikut saya ke kandang badak, sampai di kandang badak saya kembali berteriak memanggil nama fajar, tidak ada hasilnya juga saya makin bingung, sayapun membagi menjadi 2 ari dan temanya kearah kandang batu, saya dan sidik ke arah gunung gede. saya melangkah kan kaki ke puncak gede, detak jantung makin berdegup kencang nafaskupun bergemuruh hebat, saya takut terjadi sesuatu dengan fajar, saya teriak sekencang-kencangnya sambil melangkah ke arah gede, tidak ada hasilnya.....saya semakin lemas, takut, gelisah menjadi satu. sayapun kembali ke pertigaan tadi dan menjemput teman teman yang sedang menunggu di jalur pangrango. Setelah menjumpai ke tiga teman kami di jalanmanuju pangrango sayapun mengajak mereka ke arah kandang badak, pukul 06.30 tidak ada kabar, saya memutuskan untuk ke arah gede bersama bobby, 10 menit melangkah kearah gede fajar tiba-Tiba muncul dan melangkah dari arah puncak gede, allhamdulillah ahirnya balik juga ujar saya, sayapun bersukur, tanpa dosa dia malah bertanya mau pada kemana?? Raut lelah yang sangat tampak dari wajahnya, sayapun bertanya kepada dia, dia tidak mau merepotkan teman-temanya, makanya dia mendahului, sampai dia di tanjakan setanbaru dia tersadar kalo dia sendiri, beruntung tidak terjadi sesuatu padanya. Saya menyuruhnya untuk beristirahat, tetapi dia menanyakan si ari yang menuju kandang batu, dia ingin menyusulnya. Sayapun meminta rendi untuk menemaninya. Selang 20 menit fajar, rendi dan ari datang dari arah kandang batu, setelah beristirahat dan menenangkan diri kami bertujuh menuju pangrango.

http://jalantraveller.blogspot.com/2015/04/gunung-pangrangon-mandalawangi.html