Thursday, April 2, 2015

Antara " Serangan Babi Hutan, Hipotermy Dan Pesona Gunung Papandayan"


27 Maret 2015 pukul 16.20 kami lanjutkan perjalanan bersama ke 4 pendaki garut,setelah sebelumnya kami sempat tersesat 1 jam lamanya, perasaan senang pun muncul setelah melewati masa sulit tersebut. Selama perjalanan kabut mulai menyingkir berganti dengan kecerahan, kami mulai dapat melihat keindahan kaki papandayan dengan jarak tak terbatas, bukit-bukit yang menjulang tinggi,tebing dan kepulan kawah yang berjejer mengiringi langkahku.






Setelah melakukan perjalanan layaknya di suatu gurun kami menyebrangi suatu sungai yang cukup jernih, segar rasanya bila sempat mencuci muka dan merasakan jernihnya air tersebut, tetapi robi melarang saya untuk berlama-lama di situ, takut kemalaman katanya. Saya pun beranjak dan mulai melangkah menyusuri jalanan yang mulai menanjak. 



setelah melewati jalanan yang menanjak suguhan rumput yang menghijau memanjakan mataku, kamipun melewati rerumputa tersebut tak lama kemudian  kami memasuki hutan.


sebelum memasuki hutan ada penunjuk arah yang bertuliskan pondok selado, kamipun memuliai treking di hutan yang cukup lebat ini, saya sekali-kali harus berhenti untuk mengatur nafas dan sedikit menenggak air putih, rasa lelah tak kami hiraukan karena tujuan kami mencapai pondok seladoh dengan segera. 


Ku susuri hutan ini dengan hati - hati, setelah hampir 25 menit sampailah kami di sebuah tanah lapang, sebelum ke area tersebut tampak plang bertuliskan selamat Datang di Pondok salada,Pondok saladah Camp area, alhamdulillah ahirnya sampai juga tepat pukul 17.45 WIB


Kami bergegas mencari Tempat untuk mendirikan tenda, Tiba-tiba robi berteriak " Babi .. babi.. Babi.. babi.. " rupanya dia melihat seekor babi hutan yang sedang mengendap-endap mencari makan di sekitar tenda pendaki. baru kali ini gue liat babi di sini Ujarnya. Saya yang penasaran mendekati babi tersebut, walau sedikit takut saya memberanikan diri untuk lebih dekat, kurang dari 5 meter jarak antara saya dengan babi tersebut, tetapi babi rupanya sedang asik makan sesuatu.



Setelah mengambil beberapa gambar Babi, kamipun segera mencari tempat yang kami anggap aman untuk mendirikan tenda. Kami memilih tempat di pojok sebelah kanan dari plang tadi. Asik mendirikan tenda hujan turun dengan derasnya secara tiba-tiba. baju, celana, jaket dan tas kami pun basah, setelah tenda berdiri kami bergegas masuk kedalam tenda, saeful menyarankan tidak  membuka jaket terlebih dahulu, Hujan semakin Lebat, anginpun semakin kencang,lingkungan sekitar berlahan menjadi gelap, hanya tetesan hujan dan petir yang kami dengar. Dingin mulai terasa menyerang kami, karena derasnya hujan, rembesan air mulai masuk kedalam tenda membasahi punggungku, Genangan air mulai ada di setiap pojok, islah sudah membuat parit kecil di sekitar tenda tetapi tetap air melewati bawah tenda. Islah beranjak dari tenda dia berucap mau kebelakang, ia tak memakai jas hujan hanya berbalut jaket dia keluar dari tenda menuju toilet.

Baju yang kami pakai semakin kuyup, kami menggigil melawan dingin, Selama hampir satu jam Hujan tak kunjung reda,Islah yang sudah beberapa kali bolak balik ketoilet karena terserang diarepun menyarankan untuk pindah tempat di mushola dekat toilet. Sayapun berfikir jika saya tetap di sini kami akan mati kedinginan.

Kami segera meninggalkan Tenda dengan melawan derasnya hujan, kain yang melekatpun semakin kuyup, sampai di mushola kami segera berganti pakaian, walau agak sedikit basah tetapi mengurangi kedinginanku, Waktu begitu sangat lama saya rasakan di sini, kami segera rebahan dengan beralaskan karpet yang ada di mushola, sajadah kami gunakan untuk menutup badan kami. Robi menggigil hebat, dingin di kedua kaki dan tanganya mulai menjalar ke atas, ia mengatakan sudah tidak ada rasa lagi di kedua kakinya, saepul segera menyarankan kakinya di masukan ke kariel nya, dan saya menggosok-gosok punggungnya, lama sekali kami dalam kondisi seperti ini, kami saling bergantian menggigil gigi bergetar dan sungguh dingin yang luar biasa. Hujan semakin deras, percikan air mengenai kepala kami karena hempasan angin yang kencang. Kami akui ini salah kami terlalu meremehkan, perlengkapan yang kami bawa tak lengkap. Kini saya hanya bisa berdoa semoga kami bisa melewati  dan mampu melawan dan tak jatuh ke dalam Hipotermia lebih lanjut.


Tepat jam 00, hujan pun sedikit mereda, kami tak bisa tidur nyenyak, mata saya usahakan terpejam sambil melawan rasa dingin. Baru beberapa menit aku terlelap, ada terdenger suara seperti babi yang sedang mendengus sesuatu, saya pun mulai mengusir dengan bersuar... huss... huss... suara pun hilang. tak berselang lama teriakan dari tenda sebrang mushola, nyaring sekali,, Serangan Babi............. serangan babiiiiiii.. sambil memukul-mukul sesautu, dia memnggil mangil temanya yang ada di tenda lain. saya pun terbangun dan menyoroti tenda dengan senter, babi yang mengelilingi tenda sudah tidak ada.saya begitu khawatir bila babi datang ke mushola, karena tidak ada pintu di mushola ini.saya berusaha memejamkan mata kembali.

jam 03. saya terbangun karena ingin BAK, sayapun menuju toilet, belum sempat sampai toilet ada 2 pendaki yang berlari dan bilang ada serangan babi katanya,langkahkupun berlanjut sambil menahan dinginya malam, langit begitu cerah di pagi ini, bintang - bintang berserakan di atas  langi, sungguh begitu indah, tapi sayang saya tak bisa lama menikmatinya dingin kembali menyerang dan sayapun kembali menggigil.

Jam 05 saya terbangun, saya melihat cahaya dari balik pepohona, saya pikir pendaki yang sedang membuat api unggun, saya pun serius mengapati cahaya tersebut begitu indahnya sunraise saya membangunkan Robi,Islah dan Sepul tapi mereka tak mau menemani saya untuk menikmati sunrise lebih dekat.

Sambil melawan dingin saya menuju datangnya cahaya, robi berpesan hati-hati dan menyerahkan sebuah pisau untuk berjaga-jaga,dingin yang kurasa seolah hilang menjadi semangat menikmati sunrise, aku melewati hutan yang gelap sendiri, rasa takut berubah menjadi keberanian, senter kuarahkan untuk menerangi langkah ku. Sampai di sebuah tebing saya dapat menikmati siluet yang begitu indah, pijaran emas dengan bebrapa buah gunung yang mengepulkan asapnya.



Puas menikmati sunrise di tempat ini saya beranjak ke sisi lain, sungguh merugi bila tak menikmati sunrise di tempai ini, dan hanya saya sendirian di sini, tak ada rasa takut dan dingin sudah hilang saat menikmati indahnya ciptaan Allah ini. Dari sis lain saya menikmati sunrise dari balik pepeohonan, masih di tepi jurang yang menganga, saya harus ekstra hati-hati.





Hampir 30 menit saya menikmati sunrase sendirian di sini, yasa lupakan kedinginan dan ketakutan adanya babi, tetapi tiba-tiba ada suara mengendus seperti suara babi, sayapun segera beranjak dan pergi. saya segera menuju mushola dan membangunkan teman-teman, dan memberitahu adanya sunrise yang sangat indah, islah dan saepul tidak mau beranjak dari tidurnya, robi mau mengikuti saya menikmati sunrise, sampi di pinggiran tebing tampak matahari mulai meninggi dan semakin indah sunrasie di papandayan ini.


selesai menikmati sunrise kamipun segera kembali, ke tempat dan merapihkan mushola, saeful masih berbaring di situ, kamipun menuju lapangan dan makan di warung yang ada, sambil berjemur islah dan robi minum kopi sayapun mengambilkan gorengan hangat buat sepul, dan memintanya mulai beranjak dari mushola.


selesai berjemur dan menghangatkan diri kami segera melakukan eksplore gunung papandayan, di mulai dari padang edelwise yang ada di belakang tenda kami.kami berjalan ke arah kanan dari pondok salada, hanya 5 menit sudah sampai di hamparan edelwis yang cukup indah  ini,




Puas berfoto dengan edelwise kamipun memutuskan untuk kembali ke pondok salado. Udara cerah di pondok saladoh ini menghangatkan tubuhku, kami mulai berkemas barang-barang yang berada di mushola. Tenda kami pindakan di pinggiran pepohonan supaya terkena matahari. baju, tas dan pakaian yang basah kami jemur.



Saya mengajak Islah,Sepul dan Robi ke hutan mati, tetapi islah dan sepul enggan kesana, karena masih merasa tak enak badan, ahirnya saya dan robi tepat pukul 06.30 melangkahkan kaki ke arah hutan mati, setelah berjalan sekitar 10 menit menembus hutan sampai juga kami di hutan mati
pepohonan yang menghitam dan pemandangan yang luar biasa dapt kami nikmati di sini, saya pun tak menyiakan momen ini untuk mengambil beberapa pose. tak pernah puas rasanya suguhan keindahan papandayan, tetapi mengingat teman kami yang tidak fit ahirnya sayapun menyudahi perjalanan ini.
 

 

Kami mulai berkemas,untuk pulang, tepat pukul 09.00 Wib kamipun memutuskan untuk kembali ke parkiran.


Banyak pengalaman yang saya dapatkan di sini, tentunya sangat berharga buat saya, dan tak mungkin saya ulangi lagi. Selama perjalanan Pulang papandayan masih menyuguhkan sesuatu yang sangat luar biasa,
 

 

Saya menjumpai pendaki kecil yang akan turun dari pendakian,usianya sekitar 4 tahunan, Dia dengan semangatnya menuruni jalanan yang terjal, melintasi gurun yang begitu luas.


Tak terasa ahirnya sampai juga saya di parkiran, ini pendakian pertamaku tak mungkin aku lupakan sampai kapanpun, kenangan dan segala sesuatu kan jadi pelajaran buatku.


 Terimakasih Papandayan keindahanmu akan slalu kurindukan.

6 comments:

  1. Saya baru saja turun dari papandayan. Tapi lagi kurang bagus juga cuaca nya. Dingin luar biasa. Sering denger suara babi mendengus tapi Alhamdulillah ga di serang sama babi nya. Papandayan keren lah

    ReplyDelete