27 maret 2015 tepat pukul 10.00 WIB, kami arahkan langkah ke Papandayan, jarak antara Papandayan dengan tasik tidaklah dekat, Butuh waktu hampir 5 jam untuk mencapai ke sana.setelah menyusuri jalanan dengan pemandangan yang luar biasa di kota garut ahirnya sampai juga saya di pintu gunung Papandayan. Pukul 15.00 WIB sampailah kami ( saya, Robi, islah dan ipul ) di kaki papandayan, sampai di parkiran hujan tanpa permisi datang dengan lebatnya, kamipun terpaksa diam di dalam mobil menunggu hujan reda.
5 menit berselang hujan mulai melunak, sahabat saya robi menuju tempat pendaftaran dan kami pun mulai berkemas. Saat hujan reda kami mulai melakukan perjalanan ke puncak papandayan yang tentunya di mulai dengan berdoa agar Allah melindungi perjalanan kali ini. Gunung papandayan merupakan salah satu gunung berapi di kabupaten Garut. Gunung dengan ketinggian 2622 mdpl ini bertipe stratovolcano, saat belum meletus mempunyai empat buah komplek kawah besar. tetapi setelah meletus komplek kawah ini berubah menjadi area kawah yang cukup besar dan dapat terlihat dari kejauhan.
Walau hujan sudah reda kabut tebal menyelimuti bumi papandayan, Kami mulai menyusuru jalan bebatuan, dulu katanya jalan ini beraspal tapi kini sudah rusak, kanan kiri jalan terdapat pepohonan, 10 menit berjalan kami mulai mencium bau belerang, kami pun berada tepat di kanan kawah yang menambah kabut semakin tebal. jarak pandang kami tak lebih dari 10 meter. selama perjalanan saya banyak bertemu dengan pendaki lain, baik yang mau pulang atau yang akan menuju puncak papandayan.
Batas bukit yang seharusnya sebagai patokan saat pendakian tertutup kabut, kamipun tetap melangkah walau kabut tebal menghadang. kamipun berjalan tanpa patokan, makin lama kabut makin tebal. saya yang baru pertama kali menginjakan kaki di papandayan terus mengikuti langkah di depanku. jalan yang kami lewati semakin menanjak, sampai lah kami di tiang pemancar, robi sang gaet mengatakan : dia sebelumnya tidak pernah melawati jalan ini. kamipun beristirahat di situ.
Setelah meluruskan kaki dan meneguk beberapa cc air kami lanjutkan perjalanan, kabut seolah menemani perjalanku kali ini, tebal dan menghadang pandanganku, kami jalan tak tau arah asal ada jalan di situ pula kami melangkah, sampai juga kami di suatu puncak bukit, di depan kami cukup curam dan tak mungkin kami lanjutkan, di sini kami bertemu dengan pendaki yang berasal dari bandung. merekapun sama seperti kami kesulitan mencari jalan karena terhalang kabut.kamipun beristirahat di bukit tersebut.
Kami sempat menanyakan arah kepada pendaki dari bandung, Dia pun memberikan arahan kepada kami, Karena tidak mau kemalaman sampai di pondok salado ahirnya perjalana kamipun di lanjutkan. kabut tebal tak mau lepas dari pandangan kami, kami terus melangkah kedepan, kamipun sampai di tempat semula di tiang pemancar. kami mencari jalan lain dan terus berjalan. hampir 30 menit kami berputar-putar di sini, dan berahir di tiang pemancar ini.
Tak tau mengapa kami ke arah bukit yang ada para pendaki bandung tadi, di sinipun kami beristirahat, lelah dan kebingungan ada di hati ini, saya terus berdoa agar sesuatu yang tak di nginkan tidak terjadi, kami akui perlengkapan yang kami bawa minim, tak ada peta tak adapula kompas sebagai penunjuk arah.lama beristirahat ahirnya kami memutuskan untuk kembali ke tempat awal saat kami mendaki, dan memulai pendakian dari awal.
1 jam sudah berlalu di sini, kami hanya berputar putar, 3 kali kami di jalan yang sama dan tempat yang sama.entah muksizat dari mana kami mendengar suara deru motor, dan itu menjadi petunjuk di perjalana kami, kami mendekati suara tersebut, makin lama makin dekat, tetapi kemudian menghilang, kamipun berteriak sekencang-kencangnya, dan ada suara yang membalas teriakan kami. kamipun mendekati suara tersebut, kami terus berteriak, dan nampaklah dari kejauhan 4 orang pendaki, kamipun berjalan cepat dan berucap sukur allhamdulillah,
Senang Rasanya bertemu dengan pendaki lain, 4 orang pendaki yang berpakaian hitam-hitam, setelah bertemu mereka kabut mulai menipis, dan jalananpun mulai terlihat,Bukit tadi yang kami kelilingi dari bawah sini tampak terlihat jelas, dan rupanya pendaki dari bandung masih di sana.
Batas bukit yang seharusnya sebagai patokan saat pendakian tertutup kabut, kamipun tetap melangkah walau kabut tebal menghadang. kamipun berjalan tanpa patokan, makin lama kabut makin tebal. saya yang baru pertama kali menginjakan kaki di papandayan terus mengikuti langkah di depanku. jalan yang kami lewati semakin menanjak, sampai lah kami di tiang pemancar, robi sang gaet mengatakan : dia sebelumnya tidak pernah melawati jalan ini. kamipun beristirahat di situ.
Setelah meluruskan kaki dan meneguk beberapa cc air kami lanjutkan perjalanan, kabut seolah menemani perjalanku kali ini, tebal dan menghadang pandanganku, kami jalan tak tau arah asal ada jalan di situ pula kami melangkah, sampai juga kami di suatu puncak bukit, di depan kami cukup curam dan tak mungkin kami lanjutkan, di sini kami bertemu dengan pendaki yang berasal dari bandung. merekapun sama seperti kami kesulitan mencari jalan karena terhalang kabut.kamipun beristirahat di bukit tersebut.
Kami sempat menanyakan arah kepada pendaki dari bandung, Dia pun memberikan arahan kepada kami, Karena tidak mau kemalaman sampai di pondok salado ahirnya perjalana kamipun di lanjutkan. kabut tebal tak mau lepas dari pandangan kami, kami terus melangkah kedepan, kamipun sampai di tempat semula di tiang pemancar. kami mencari jalan lain dan terus berjalan. hampir 30 menit kami berputar-putar di sini, dan berahir di tiang pemancar ini.
Tak tau mengapa kami ke arah bukit yang ada para pendaki bandung tadi, di sinipun kami beristirahat, lelah dan kebingungan ada di hati ini, saya terus berdoa agar sesuatu yang tak di nginkan tidak terjadi, kami akui perlengkapan yang kami bawa minim, tak ada peta tak adapula kompas sebagai penunjuk arah.lama beristirahat ahirnya kami memutuskan untuk kembali ke tempat awal saat kami mendaki, dan memulai pendakian dari awal.
1 jam sudah berlalu di sini, kami hanya berputar putar, 3 kali kami di jalan yang sama dan tempat yang sama.entah muksizat dari mana kami mendengar suara deru motor, dan itu menjadi petunjuk di perjalana kami, kami mendekati suara tersebut, makin lama makin dekat, tetapi kemudian menghilang, kamipun berteriak sekencang-kencangnya, dan ada suara yang membalas teriakan kami. kamipun mendekati suara tersebut, kami terus berteriak, dan nampaklah dari kejauhan 4 orang pendaki, kamipun berjalan cepat dan berucap sukur allhamdulillah,
Senang Rasanya bertemu dengan pendaki lain, 4 orang pendaki yang berpakaian hitam-hitam, setelah bertemu mereka kabut mulai menipis, dan jalananpun mulai terlihat,Bukit tadi yang kami kelilingi dari bawah sini tampak terlihat jelas, dan rupanya pendaki dari bandung masih di sana.
Dengan mengucapkan bismillah, perjalan kami lanjutkan ke bukit salado bersama ke empat pendaki yang berasal dari garut ini
Terima kasih buat sobat pendaki garut.
berlanjut ke http://jalantraveller.blogspot.com/2015/04/antara-serangan-babi-hutan-hipotermy.html
keren gan
ReplyDeletetaks gan
ReplyDeleteBerasa ikutan kePapandayan Mas Supri,deskripsinya luar biasa.
ReplyDeleteBerasa ikutan kePapandayan Mas Supri,deskripsinya luar biasa.
ReplyDeleteBerasa ikutan kePapandayan Mas Supri,deskripsinya luar biasa.
ReplyDeleteHati2 dan waspada ketika di alam Kang ... Lengkapi dengan perangkat keselamatan dan navigasi. Salam dari Tasik
ReplyDeletehttp://ghost-ships.blogspot.com/2014/11/hiking-ceria-ke-gunung-papandayan.html
ardie-> tks ardie... kapan mau jalan bareng lagi nih diee
ReplyDeletekang eri anggoro : iya kang kemaren persiapan emang saya akui kurang banget kang, tks ya kang ini jadi pengalaman berharga kang buat saya
ReplyDelete