Thursday, May 14, 2015

Menapaki Sisa Letusan Lereng Merapi " Vulcano Tour "


3 mei 2015
Tepat pukul 15.00 kami meninggalkan museum De mata dan de Arca, kami menuju suatu kawasan di puncak Yogyakarta, Merapi merupakan tujuan penjelajahan sore ini. untuk menuju tempat ini kami harus melalui jalan kaliurang dengan jarak sekitar 17 km dari pusat Yogyakarta, Setelah roda bergulir sekitar 1 jam kamipun sampai di sebuah pos masuk Volcano tour, dengan membayar tiket Rp.3000/orang. Pejalananpun kami lanjutkan, pemandangan pegunungan mulai kami rasakan, hawa sejuk pun mulai menyapa kami. kabut yang tebal menutupi keperkasaan Gunung merapi, namun kami tetap bersemangat menjelajahi Vulcano merapi. setelah 20 menit berlalu sampailah kami di tempat yang cukup lapang untuk memarkirkan kendaraan, tepat di sebelah  kanan berdiri mushola berdinding hijau kamipun memutuskan untuk sholat terlebih dahulu sebelum berjelajah.


Gunung dengan ketinggian 2.968 mdpl, merupakan Gunung berapi di tengah pulau jawa, dan Merupakan Gunung api teraktif di Indonesia. Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan moder mengalami erupsi ( puncak keaktifan ) setiap dua sampai lima tahun sekali. tahun 2010 gunung inipun meletus dan meninggalkan sisa-sisa letusan, berupa tanah yang gersang, matinya hutan,lahar panas dan reruntuhan bangunan warga yang tersapu terjangan lahar Merapi.



Setelah melakukan sholat kamipun memutuskan untuk menggunakan jasa jeep untuk menjelajahi kaki merapi ini. Paket Jeep sesuai dengan waktu dan jumlah lokasi kunjungan, kami pun memilih paket short dengan waktu berkisar 1 - 1,5 jam yang akan mengunjungi Museum erupsi, Batu alien dan bangker.Untuk paket ini saya harus mengeluarkan Rp 300.000. paket ini saya pilih  karena waktu yang menjelang senja. tepat pukul 17.00 wib roda Jeep pun berputar siap mengantarkan kami untuk berjelajah. 


Mas  Guide ( maaf lupa namanya ) yang mengantarkan kamipun mulai mengarahkan setirnya ke arah perbukitan, mulai dari jalanan beraspal, kemudian melewati jalanan baru dan bekas pemukiman wargapun kami lewati, sang guide pun mulai menjelaskan daerah-daerah yang terkena serangan lahar panas dan beberapa tempat yang dulunya Villa kini rata tanah, seolah tanpa bekas.kamipun melewati sebuah jembatan yang di bawahnya terdapat sungai tanpa air, dari sini terlihat gunung yang sayangnya tertutup kabit tebal. bebatuan yang besar hasil dari muntahan merapipun berada disini.


30 menit kami melewati jalanan bebatuan, turunan yang tajam dan tanjakan ahirnya sang guide mengantarkanku ke sebuah reruntuhan rumah yang tampak hancur dan hanya tersisa bangunan tanpa atap ini, menurut nya ini dulunya merupakan sebuah klinik tempat praktek, bangunan ini hancur karena terpaan lahar panas. di sini saya beserta safira memasuki ruangan dan melihat isi bangunan yang di jadikan muesum erupsi. Rumahku Memoriku betapa dasyatnya terjangan larva merapi, di dalam mueum terdapat botol, gelas yang meleleh akibat panasnya larva, tulang belulang kelinci, sapi dan beberapa benda yang terpampang di dinding museum. sungguh maha daysat letusan merapi hingga membuat tempat seperti ini. 









Setelah hampir 10 menit berada di museum ini perjalananpun kami lanjutkan ke arah batu alien. menuju ke sana kami di suguhi pemandangan yang cukup menawan, walau puncak merapi sebagian tertutup awan dan terkadang awan menipis membuat jelasnya keperkasaan merapi.tak sampai 15 menit sampai ahirnya sang guide memarkirkan jeepnya dan meminta kami untuk mengiku ia ke arah batu alien.


Hanya berjalan sekitar 2 menit sampailah kami di sebuah batu besar yang menyerupai kepala manusi, jika di perhatikan dengan seksama batu besar ini lengkap ada hidung, dua mata telinga dan mulut yang terbuka seperti eorang yang sedang berteriak minta tolong. tempat ini cukup sepi hanya ada kami dan dua orang pengunjung yang datang dari flores. mungkin karena hari akan berganti menjadi malam yang membuat tempat ini sepi.


Kamipun tak lama di tempat ini, sayapun berjalan ke tepian jurang dan tampak terlihat dari kejauhan penambang pasir yang sedang melakukan penambangan, truk banyak di sana yang siap mengangkut pasir dari lereng merapi, entah penambangan ini dengan izin atau tidak.


Tujuan kami selanjutnya adalah sebuah Banker yang di jadikan tempat persembunyian penduduk setempat saat letusan merapi. sepanjang perjalanan ke sana bunga bunga edelwis bisa kami nikmati di tepian jalan, walau tak seindah edelwis yang berada di puncak gunung, namun saya dapat mengenalkan edelwis kepada anak dan istri tercintaku. hari mulai berganti menjadi gelap saat kami sampai di bangker tersebut, Azan maghrib pun sayup-sayup terdengar dari kejauhan, tak ada lagi perkampungan di sini, hanya beberapa warung yang menjajahkan minuman dan makanan ringan yang berjejer di tepian jalan. menurut cerita sang guide penduduk yang bersembunyi di bangker ini saat merapi meletus semuanya meninggal, tak jarang jika malam hari terdengar rintihan yang berasal dari bangker tersebut. 




Senja yang hilang dan malam yang datang membuat kami tak lama berada di sini, kamipun segera meninggalkan tempat yang penuh kepedihan ini, suatu tempat yang tak mungkin terlupakan bagi keluarga dan masayarakat setempat, suatu tempat yang penuh perjuangan di masa itu, suatu tempat yang kini menjadi cerita bagi orang-orang yang datang silih berganti. ketegaran dan kekuatan penduduk lereng merapi telah teruju 5 tahun yang silam. 


Jika malam tak datang ingin rasanya saya singgah ke suatu tempat perkampungan Mbah Marijan, tapi sangat di sayangkan malam segera datang dan jeep pun tak mampu mengantar kami ke sana, hanya dengan mengguanan motor treal yang mampu membawa pengunjung ke sana. 
kamipun segera menuruni lereng merapi yang gelap,gemerlip kota yogyakarta tampak menghiasi dan menjadi penambah keindahan lereng merapi. tepat pukul 8. 30 kamipun sampai di parkiran.  


kami beristirahat di sebuah warung yang merupakan warung dari anaknya Mbah Marijan, beliau bercerita banyak mengenai kejadian dan kepedihan saat terjadi letusan merapi, Kesediahn dan ketegaranya nampak dari raut muka yang ayunya.  
setelah menunaikan sholat maghrib kami meninggalkan merapi menuju Yogyakarta.
trimakasih buat Nuri dan mas Huda yang menjadi bagian dari  perjalanan ini. 


No comments:

Post a Comment